HAIDANTO
Sabtu, 18 Januari 2025
YANG TERPECAH AKIBAT PEMILUKADA
Sabtu, 21 Desember 2024
BIOGRAFI SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO IX
( Tulisan ini saya kumpulkan dari status saudara https://x.com/yosefikr )
Sri Sultan Hamengkubuwono IX lahir pada 23 April 1912 di Yogyakarta. Beliau adalah putra dari Sultan Hamengkubuwono VIII dan Raden Ayu Murtiningsih. Sejak usia muda, ia menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap dunia politik dan kepemimpinan. Setelah menempuh pendidikan di beberapa lembaga pendidikan, Sultan Hamengkubuwono IX diangkat menjadi Sultan pada tahun 1940, menggantikan ayahnya, yang saat itu sudah berusia lanjut.
Rabu, 18 Desember 2024
Orangtua
Sebagai bahan refleksi diri kita perlu mengingat bahwa Ki Hajar Dewantara, yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, mengembangkan konsep Tri Pusat Pendidikan yang melibatkan tiga lingkungan utama: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Konsep ini bertujuan menciptakan sinergi antara ketiga lingkungan tersebut dalam mendidik anak-anak, memahami bahwa upaya pendidikan tidak dapat dilakukan oleh tenaga pendidik saja, melainkan harus didukung oleh lingkungan sekitar. Baiknya ketiga bentuk lingkungan belajar tersebut kita uraikan satu persatu.
Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga dianggap sebagai pusat pendidikan paling utama, bertanggung jawab atas pembentukan etika, agama, dan perilaku sosial anak. Konsep pendidikan keluarga Ki Hajar Dewantara menekankan pada bimbingan dan didikan yang terjadi secara alami dalam tatanan keluarga. Pendidikan di lingkungan keluarga bertujuan untuk membentuk kepribadian anak yang mantap, berakhlak baik, dan mandiri. Orang tua berperan sebagai pendidik pertama dan utama, meletakkan dasar kepribadian, moral, sosial, dan keagamaan anak
Lingkungan Sekolah
Sekolah sebagai lingkungan pendidikan kedua, memberikan pembinaan intelektual dan ilmu pengetahuan. Ki Hajar Dewantara menekankan peran sekolah sebagai lembaga formal yang terencana, dengan guru sebagai fasilitator pembelajaran. Sekolah memiliki fungsi dalam mempersiapkan anak sebagai anggota masyarakat yang berpengetahuan, berketerampilan, dan mampu menghadapi serta menyelesaikan masalah. Pendidikan di sekolah juga berperan dalam transmisi kebudayaan, menentukan peran sosial, penyatuan sosial, serta mengembangkan karakter anak
Lingkungan Masyarakat
Masyarakat, sebagai lingkungan ketiga, memiliki peran yang penting dalam pendidikan. Lingkungan masyarakat terkait erat dengan keluarga dan sekolah, berperan dalam mengembangkan kecerdasan intelektual, budi pekerti, ilmu agama, dan sosial anak. Pendidikan di masyarakat berlangsung di mana saja dan kapan saja, memungkinkan anak memisahkan informasi positif dan negatif untuk perkembangan dirinya. Masyarakat berperan dalam penyelenggaraan pendidikan non formal, seperti organisasi pemuda, karang taruna, dan kursus-kursus.
Dalam hubungan dengan perkembangan dan pembelajaran anak yang diterima di sekolah, maka hubungan di antara keduanya harus dirintis, dibina dan kemudian selalu berusaha untuk selalu dikembangkan.Sebetulnya ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk membina hubungan yang harmonis, namun ada beberapa inspirasi yang bisa dikembangkan.Milda Faraddina,praktisi pendidikan dari KB Bukit Aksara memberikan beberpa inspirasi tersebut
1. Parent Tea
Para orangtua berdiskusi membahas materi perkembangan anak dan kebutuhan anak yang terkini dan relevan untuk saat ini. Agar menjadi terarah,kegiatan ini harus difasilitasi oleh guru dan sekolah pada umumnya.
2. Parenting Program
Para orangtua memperoleh pengetahuan tentang parenting dan perkembangan anak dari para ahli pendidikan atau ahli kejiwaan anak. Kegiatan ini diharapkan mampu untuk menjadi brainstorming antara orangtua dan guru
3. Memberi Dukungan
Dukunan yang dimaksud adalah dukungan dalam projek dan pembelajaran siswa di sekolah.Orang tua memberi dukungan materi atau non materi untuk pelaksanan projek dan proses pembelajaran di sekolah.
4. Memberikan UMpan Balik ( Feedback )
Orangtua dapat memberikan " feedback " atau masukan terkait laporan perkembangan anak yang didapatkan dari sekolah setiap harinya
Senin, 18 November 2024
Darurat Literasi
Indonesia saat ini tengah menghadapi kondisi darurat literasi yang memprihatinkan. Meski negeri ini memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan kekayaan budaya yang melimpah, tingkat literasi yang rendah masih menjadi tantangan besar. Berdasarkan laporan dari UNESCO dan berbagai lembaga pendidikan, Indonesia masih berada di posisi yang jauh dari harapan dalam hal kemampuan membaca, menulis, dan berpikir kritis. Banyak anak-anak yang tidak dapat mengakses pendidikan yang berkualitas, sementara mereka yang sudah bersekolah pun sering kali kurang mendapat stimulasi yang memadai untuk mengembangkan kemampuan literasi mereka.
Kondisi darurat literasi ini sebagian besar disebabkan oleh ketimpangan akses pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Di banyak daerah terpencil, fasilitas pendidikan yang memadai masih sangat terbatas, dengan kurangnya tenaga pengajar yang terlatih dan sarana prasarana yang mendukung proses belajar mengajar. Selain itu, banyak anak-anak yang harus bekerja untuk membantu ekonomi keluarga, sehingga mereka tidak dapat mengikuti pendidikan dengan optimal. Meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan akses pendidikan, hasilnya masih belum signifikan dalam mengatasi masalah ini secara menyeluruh.
Selain itu, rendahnya kualitas pendidikan di banyak sekolah menjadi faktor yang memperburuk keadaan. Kurikulum yang kerap kali tidak relevan dengan kebutuhan zaman, ditambah dengan metode pengajaran yang lebih mengutamakan hafalan daripada pemahaman konsep, membuat siswa kurang terampil dalam berpikir kritis dan kreatif. Hal ini berimbas pada kemampuan literasi mereka, baik dalam hal membaca, menulis, maupun menganalisis informasi secara mendalam. Di zaman informasi yang serba cepat ini, kemampuan untuk memilah dan mengolah informasi menjadi sangat penting, namun banyak pelajar yang justru terjebak dalam rutinitas belajar yang tidak mengasah kemampuan tersebut.
Masalah literasi juga semakin kompleks dengan maraknya informasi yang tidak terverifikasi di dunia digital. Di era media sosial ini, informasi bisa tersebar dengan sangat cepat, namun tidak selalu akurat. Tanpa keterampilan literasi yang memadai, banyak orang, termasuk generasi muda, mudah terjebak dalam hoaks dan disinformasi. Inilah yang menjadi tantangan besar dalam pendidikan literasi di Indonesia. Selain meningkatkan kemampuan membaca dan menulis, literasi digital dan kemampuan untuk berpikir kritis perlu menjadi bagian penting dalam kurikulum pendidikan Indonesia.
Untuk mengatasi kondisi darurat literasi ini, dibutuhkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Pemerintah perlu meningkatkan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil, dengan menyediakan fasilitas dan tenaga pendidik yang memadai. Selain itu, masyarakat juga perlu berperan aktif dalam menciptakan budaya membaca yang dapat dimulai dari keluarga dan komunitas. Dunia usaha dapat mendukung dengan menyelenggarakan program pelatihan literasi dan menyediakan sumber daya untuk mendukung pendidikan. Dengan kolaborasi yang kuat, diharapkan Indonesia bisa keluar dari status darurat literasi dan menciptakan generasi yang lebih cerdas, kritis, dan berdaya saing tinggi.
Jumat, 15 November 2024
Nostalgia
Undangan Bersamaan
Lapor Mas Wapres
Beberapa hari ini dalam sebuah diskusi yang dipandu oleh Karni Ilyas ramai dibicarakan tentang aplikasi yang diluncurkan oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka bernama Lapor Mas Wapres. Banyak asa yang diberikan oleh masyarakat, baik itu yang sifatnya positif tapi tak sedit pula yang sifatnya negatif. Harapan yang berimbang tersebut menimbulkan pembicaraan yang berlangsung panas dan mendebarkan antar beberpa narasumber bermutu yang dihadirkan dalam diskusi tersebut.
Peluncuran aplikasi " Lapor Mas Wapres " disambut hangat oleh masyarakat Indonesia sebagai wujud komitmen pemerintah dalam mendekatkan diri dengan rakyat. Aplikasi ini hadir untuk memfasilitasi masyarakat dalam menyampaikan aspirasi, keluhan, dan saran langsung kepada Wakil Presiden. Dengan teknologi digital yang terus berkembang, kehadiran " Lapor Mas Wapres " mencerminkan langkah nyata pemerintah untuk membuka saluran komunikasi yang lebih inklusif dan efisien.
Antusiasme masyarakat terlihat dari berbagai tanggapan positif terhadap aplikasi ini. Banyak yang memuji inisiatif pemerintah karena telah memberikan akses yang lebih mudah bagi masyarakat untuk menyampaikan permasalahan. Fitur-fitur intuitif dalam aplikasi ini, seperti pengunggahan bukti, pelacakan laporan, dan sistem notifikasi, menjadikannya alat yang efektif untuk mendorong partisipasi publik dalam pengambilan keputusan. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, khususnya institusi kepresidenan.
Selain mempermudah akses, aplikasi ini juga dianggap sebagai bentuk penghargaan kepada masyarakat. Dengan adanya " Lapor Mas Wapres ", rakyat merasa suaranya didengar dan dihargai. Dampaknya, banyak warga yang semakin termotivasi untuk aktif berkontribusi dalam pembangunan. Generasi muda, khususnya, melihat aplikasi ini sebagai inovasi yang relevan dengan gaya hidup modern sekaligus sebagai langkah penting menuju pemerintahan yang transparan dan akuntabel.
Namun, apresiasi ini juga disertai harapan agar pemerintah dapat menindaklanjuti setiap laporan secara cepat dan tepat. Beberapa pengguna menginginkan transparansi dalam proses penyelesaian laporan, agar aplikasi ini tidak hanya menjadi tempat pengaduan tetapi juga solusi nyata bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat. Dengan dukungan infrastruktur yang memadai dan tim respons yang profesional, " Lapor Mas Wapres " dapat menjadi platform andalan dalam memperkuat kepercayaan publik.
Secara keseluruhan, peluncuran " Lapor Mas Wapres " merupakan langkah besar menuju pemerintahan yang lebih partisipatif dan inklusif. Dengan memanfaatkan potensi teknologi digital, aplikasi ini memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat aktif dalam proses pembangunan. Jika dikelola dengan baik dan berkelanjutan, " Lapor Mas Wapres " memiliki potensi besar untuk menjadi model kolaborasi antara pemerintah dan rakyat dalam menciptakan Indonesia yang lebih maju dan berdaya saing.