Beberapa hari terakhir ini, seluruh insan pendidikan “ jengah “ dengan pemberitaan tentang seorang guru ( honorer ) yang ditahan karena pelanggaran menegur anak didiknya yang nakal. Anak didik tersebut adalah anak dari seorang polisi dank arena merasa tidak terima dengan sikap guru tersebut,maka kasus itu kemudian dijalankan secara hokum dengan cara “ senyap “. Akibat tidak menyadarinya, dan memang guru tersebut meyakini bahwa tindakannya itu adalah sesuai kapasitasnya sebagai pendidik maka tidak ada upaya guru itu untuk melawan. Apalagi yang dilawan adalah wali murid yang memiliki kuasa. Dan akibatnya,guru tersebut “ dipaksa “ menikmati dinginnya lantai kamar tahanan.
Masa
kini, situasi di sekolah menjadi semakin menantang bagi para guru, terutama
ketika harus berhadapan dengan siswa-siswa yang nakal. Banyak guru merasa
enggan menasehati atau memberikan teguran kepada siswa karena takut akan
kemungkinan dilaporkan ke polisi. Ketakutan ini muncul karena ada kecenderungan
siswa atau orang tua yang tidak menerima teguran dan beranggapan bahwa tindakan
guru adalah kekerasan atau pelanggaran hak anak. Akibatnya, guru menjadi
ragu-ragu dalam mendisiplinkan siswa, yang akhirnya mengganggu proses
pembentukan karakter siswa di sekolah.
Keengganan
guru dalam menasehati siswa nakal dapat berdampak pada pendidikan karakter
siswa. Ketika guru tidak berani memberikan teguran kepada siswa yang melanggar
aturan, siswa bisa merasa seolah-olah mereka bebas bertindak sesuka hati tanpa
batasan. Hal ini tentu merugikan siswa itu sendiri, karena disiplin merupakan
salah satu aspek penting yang harus dimiliki setiap individu untuk berhasil
dalam kehidupan. Ketidaktegasan guru dapat membuat siswa merasa bahwa tindakan
mereka selalu dibenarkan, padahal teguran yang diberikan sebetulnya bertujuan
untuk mengarahkan mereka ke jalur yang benar.
Selain
itu, ketakutan guru terhadap potensi pelaporan ke pihak berwenang juga bisa
membuat hubungan antara guru dan siswa menjadi kurang hangat. Padahal, hubungan
yang baik antara guru dan siswa sangat penting dalam menciptakan suasana
belajar yang kondusif. Ketika guru enggan menegur siswa, jarak emosional di
antara mereka bisa semakin lebar. Siswa merasa tidak dihargai dan mungkin
kehilangan rasa hormat terhadap guru. Sementara itu, guru merasa kurang leluasa
menjalankan tugasnya secara penuh. Hal ini tentu berdampak negatif pada
dinamika sekolah.
Dalam
jangka panjang, situasi ini dapat merusak tatanan pendidikan di sekolah. Guru,
sebagai sosok yang seharusnya menjadi teladan dan pendidik, harus memiliki
keberanian untuk menegur demi kebaikan siswa. Namun, jika guru terlalu
dibayangi oleh ketakutan akan dilaporkan, maka siswa yang nakal tidak akan
mendapatkan pembinaan yang seharusnya. Mereka tumbuh tanpa memahami batasan
yang perlu dijaga dalam pergaulan dan perilaku sehari-hari. Akibatnya, mereka
mungkin akan membawa sikap tersebut hingga dewasa, yang pada akhirnya bisa
berdampak buruk bagi lingkungan sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar