Jumat, 01 November 2024

Uang Sakuku

Anak-anak yang tidak bersekolah karena tidak mendapat uang saku dari orang tua merupakan masalah yang cukup kompleks, terutama di negara-negara berkembang. Uang saku sering kali menjadi motivasi bagi anak untuk tetap semangat berangkat sekolah setiap hari. Ketika anak-anak tidak mendapatkan uang saku, mereka merasa kurang dihargai atau kurang mendapat dukungan dari orang tua, sehingga keinginan mereka untuk belajar dapat menurun. Hal ini dapat berujung pada kemalasan, bahkan hingga berhenti bersekolah, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi terbatas.

Ketiadaan uang saku bukan hanya berdampak pada motivasi, tetapi juga pada aspek sosial di sekolah. Banyak anak yang merasa terasing atau rendah diri ketika tidak bisa mengikuti teman-temannya dalam membeli makanan di kantin atau kebutuhan lainnya. Perasaan minder ini kerap membuat mereka lebih memilih untuk absen daripada merasa malu di depan teman-teman mereka. Mereka takut dianggap berbeda atau rendah oleh teman-temannya, sehingga ketidakhadiran ke sekolah dianggap solusi agar terhindar dari tekanan sosial tersebut.

Dampak lainnya adalah ketidakmampuan anak untuk memenuhi kebutuhan dasarnya selama di sekolah. Uang saku digunakan tidak hanya untuk membeli makanan, tetapi juga alat tulis atau barang kebutuhan sekolah lainnya. Ketika anak-anak tidak mendapatkan uang saku, mereka sering kali tidak memiliki alat tulis yang memadai atau makanan yang cukup. Hal ini tentu saja mempengaruhi konsentrasi belajar mereka dan pada akhirnya menurunkan prestasi di sekolah. Dengan demikian, uang saku memiliki peran penting dalam mendukung kebutuhan anak dalam menjalani kegiatan belajar sehari-hari.

Selain itu, orang tua yang tidak memberikan uang saku mungkin tidak sepenuhnya menyadari efek psikologis yang bisa ditimbulkan pada anak-anak mereka. Mereka bisa merasa bahwa orang tua kurang peduli pada pendidikan atau kebahagiaan mereka di sekolah. Padahal, perasaan tidak didukung oleh orang tua ini bisa mengikis semangat belajar anak dan menyebabkan mereka kehilangan ketertarikan terhadap pendidikan. Rasa frustasi ini bisa memicu mereka untuk bolos atau bahkan berhenti sekolah karena menganggap pendidikan tidak penting.

Secara keseluruhan, uang saku meskipun tampak sederhana, memiliki dampak besar pada kehadiran anak di sekolah. Orang tua sebaiknya memberikan perhatian khusus pada kebutuhan anak-anak mereka, baik secara emosional maupun material. Meskipun kondisi ekonomi sulit, orang tua dapat mencoba alternatif seperti memberikan bekal makanan atau berdiskusi dengan anak tentang pentingnya pendidikan. Dengan begitu, anak-anak tetap merasa didukung dan termotivasi untuk terus belajar, serta mengurangi risiko mereka berhenti sekolah karena alasan yang sebenarnya dapat diatasi.

1 komentar: