Sabtu, 19 November 2022

DINGIN SEKALI SORE INI

Kamis 10 November ini adalah peringatan Hari Pahlawan. Di kotaku Situbondo diadakan peringatan Hari Pahlawan dengan mengadakan bapak tilas Pahlawan Nasional dari Situbondo, KHR As'ad Syamsul Arifin. Ribuan peserta mengikuti bapak tilas dengan berjalan kaki dari gedung PCNU Situbondo menuju halaman mesjid PPSS Sukorejo Situbondo. Jarak yang akan mereka tempuh insya Allah sekitar 33 kilometer dan diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 7 atau 8 jam untuk menyelesaikannya. Sebagian besar peserta mengikuti acara tersebut meskipun melelahkan tapi menjadi ceria karena banyak teman seperjalanan. Acara dimulai pukul 7 pagi dan diperkirakan sampai di tempat finish sekitar pukul 15 sore. Aku karena faktor usia dan kesibukan memilih memonitor saja kegiatan itu dari rumah. Kesibukan kerja dan kedinasan membuatkan terikat tidak ke mana mana. Aku memilih menyelesaikan kerja organisasi koperasi yang demikian lama kuabaikan.
Dua jam di sekolah membuat mataku lelah dan sering tak terasa terpejam. Rasa kantuk pagi hari membuatku tidak nyaman, sehingga kuputuskan keluar dari area sekolah menuju koperasi guru. Lumayan karena di sana aku berkutat dengan kewajiban menyelesaikan kerja. Tiga jam kuhabiskan sampai pukul 12 siang. Kewajiban kerjaku telah diselesaikan dan mudah mudahan hasilnya minim kesalahan. Setelahnya kuputuskan pulang ke rumah karena percuma kembali ke sekolah karena sudah sampai waktunya pulang. Aku sempatlan merebahkan diri menghilangkan kepenatan. Mataku sempat terpejam sebelum dibangunkan paksa oleh istri karena harus setor badan ke sekolah. Dan saat itu cuaca sudah tidak karuan. Panas dan hujan saling bergantian. Cuaca pun dingin karena hujan agak deras disertai angin semilir berlarian. Ya, cuaca sore ini terasa amat dingin. Kulit dan tulangku seperti ditusuk tusuk rasa dingin berulang ulang. Aku tidak tahu ini hanya masalah cuaca atau juga karena faktor usia yang tidak lagi muda. Usiaku memang sudah lima puluh satu dan akan genap dalam hitungan beberapa hari lagi. Di usiaku yang sudah tua ini cuaca memang tidak bisa lagi kompromi. Sedikit basah saja sudah bisa membuat asma, sedikit angin saja kadang membuat kedinginan. Perasaan ini sebetulnya sudah lama kurasakan, tapi demi gengsi sering kuabaikan. Sejujurnya kalau lagi sendiri, aku sering merasa kedinginan. Dingin karena cuaca dan karena rasa sepi yang semakin menekan. 
Sore ini terasa dingin. Melingkar di tempat tidur sambil berselimut tebal tak mungkin kulakukan. Ini masih sore belum menjelang malam. Tapi cuaca begitu dingin. 

Membunuh Karakter

Setiap anak yang lahir di dunia merupakan amanah yang dibekali dengan berbagai potensi hebat berupa kepekaan, kecerdasan, penglihatan serta pendengaran yang luar biasa bagusnya. Jika sejak dini sampai masa anak-anak berlangsung disadari dan dikembangkan  dengan cara yang kondusif, akan terbentuk anak hebat yang sangat mengagumkan.  Namun pada kenyataannya, banyak orang tua dan guru tidak memahami akan potensi tersebut sehingga dalam proses  belajarnya salah dan menyimpang.

Jika kita melihat pendidikan yang berlangsung di Negara yang telah maju dan sadar terhadap potensi besar tersebut, maka anak merupakan asset yang harus diperhatikan dan dibina se awal mungkin dalam proses pembelajarannya, sehingga ia menjadi pribadi yang mandiri, cerdas serta berkarakter. Kesadaran orang tua dalam pendidikan, peran guru dalam pembelajaran, system pemerintahan yang mendukung  serta keikutsertaan masyarakat mempunyai andil besar untuk mewujudkan impian tersebut. Seringkali beberapa aspek tersebut tidak konsisten dalam menjalankan tanggungjawab  atau malah saling bertolak belakang.

Manusia adalah makhluk edukandum yang mampu dididik dan diarahkan serta dikembangkan melebihi kehebatan komputer secanggih apapun. Otak manusia merupakan organ yang membantu untuk berfikir serta menyimpan berbagai informasi yang didapatkan melalui semua indera dan disimpan dalam memory dengan daya simpan yang bisa bertahan  lama bahkan seumur hidupnya.  Diantara  masa bayi sampai pada kisaran 10 tahun, sel otak pada anak memiliki fleksibilitas yang tinggi, sehingga dengan bermain dengan suasana yang menyenangkan dapat mengembangkan imaginasi serta kreativitas yang begitu tinggi. Sebab bagi anak, bermain merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan sehingga banyak kegiatan belajar yang dilakukan dalam suasana tersebut mampu merubah kejenuhan dan kebosanan anak sehingga menumbuhkan semangat kembali. Selain dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak, dengan bermain yang menyenangkan  dapat dipakai untuk melatih daya konsentrasi anak sehingga ia dapat terfokus terhadap kegiatan tertentu. Konsentrasi merupakan sesuatu yang esensi dalam kehidupan, terutama bagi anak yang akan memasuki dunia sekolah sehingga ia lebih siap untuk mendapatkan materi yang lebih meningkat dari jenjang sebelumnya. Melalui bermain anak akan belajar mendapatkan pengalaman, 30 % dari apa yang didengar, 40 dari yang dilihat, 60 % dari yang dilakukan dan 90 % dari yang dilihat, didengar dan dilakukan.

Anak akan melakukan hal-hal  sesuai dengan apa yang di lihat dan dicontohkannya, sehingga jika diberikan  pelatihan secara kontinyu dan berulang  dapat  menimbulkan habit akan berpengaruh terhadap perkembangan kognisi selanjutnya, yakni memperkuat relasi antar neuron kemampuan akademik yang memiliki kegunaan pada perkembangan di masa yang akan datang. Sebab pada usia dini otak anak belum terisi oleh banyaknya persoalan hidup sehingga daya kemampuan untuk menangkap informasi serta daya simpan dalam memorinya begitu tajam. Banyaknya latihan bicara yang diberikan akan memperkuat keterampilan berbahasa. Anak yang dilatih dengan kelembutan, kesungguhan, kedisiplinan memiliki pengaruh dalam perkembangan sosial, kognisi serta keperibadian.  Belajar harus berfokus pada kontektual, bukan tekstual, sehingga mengajarkan kepada anak harus  konsisten dan penuh kesungguhan sehingga akan menumbuhkan karakter yang kuat.  

Namun kenyataan banyak yang didapati anak dalam proses belajar tidak semulus harapannya, banyak dari mereka mendapatkan perlakuan yang tidak layak dengan berbagai pembunuhan karakter yakni pemunculan kalimat negative, kelemahan serta kekurangan yang dimiliki anak. Sejak dulu, manusia seringkali dipandang sebagai makhluk yang bermasalah. Lebih-lebih aliran behavioristik yang memandang manusia sebagai sesuatu mekanik yang penuh dengan berbagai masalah. Juga pandangan aliran klasik psikoanalisis yang selalu  melihat kenangan masa lalu sebagai penyebab penderitaan yang ada saat ini. Mereka lebih banyak mengedepankan  kekurangan dibandingkan dengan kelebihan yang ada pada manusia Sehingga pembelajaran yang seringkali dilakukan kebanyakan berorientasi kepada pandangan-pandangan yang dapat merusak bahkan membunuh character atau potensi alamiah yang diberikan oleh Tuhan dengan berjuta kebaikan.

Pada  kenyatannya  setiap anak manusia selalu mendambakan kebahagiaan serta  terbebas dari masalah yang menghimpitnya. Mereka memiliki keinginan untuk dihargai, disanjung, dikasihsayangi, dimiliki, humor, optimism  serta dimunculkan nilai-nilai kebaikan  lainnya sehingga menjadikannya berarti dan bermakna. Mengedepankan nilai positif tidak hanya bermanfaat untuk meningkat kemampuan serta mengembangkan kreativitas anak, melainkan juga dapat digunakan untuk menyembuhkan stress dan gangguan mental lainnya. Sebab pengobatan bukan hanya memperbaiki yang rusak; pengobatan juga berarti mengembangkan apa yang terbaik yang ada dalam diri kita.” (Seligman). Untuk membangun character maka lebih berfokus pada kelebihan manusia bukan pathogenesis. Pathogenisis akan membuat manusia semkin terpuruk dan jauh dari potensi dasar yang sebenarnya. Sebagai orangtua, guru serta anggota masyarakat kita dapat memahami mengapa hal-hal yang positif  susah dikembangkan atau sering diabaikan? Sebab emosi negatif lebih memiliki efek serta pengaruh yang kuat terhadap perasaan nyaman yang subyektif dalam beradaptasi dibandingkan emosi positif. Kesedihan, penderitaan, sakit hati lebih berkesan dibanding rasa bahagia. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli didapatkan bahwa  marah adalah emosi yang dipelajari, yang dapat  menurunkan ketegangan serta menimbulkan kepuasan, sehingga ada kecenderungan untuk mengulangi hal yang dirasa nyaman. Padahal jika dianalisis secara mendalam atas dampak yang dilakukan sangatlah tinggi, baik ditinjau dari aspek fisik maupun psikologis