Akhir-akhir ini, banyak remaja melakukan self harm yang kemudian dipamerkan ke media sosial. Mereka terjebak oleh rasa frustasi, dan rasa ingin menyerah untuk hidup. Mereka menyakiti diri sendiri dengan cara menyayat tangan dengan silet. Situasi ini ada dalam tahapan mengkhawatirkan., karena kalau dibiarkan tindakan itu tentu sangat berbahaya bagi kesehatan fisik dan jiwa. Herannya pula yang melakukan adalah remaja awal sekitar usia 11 sampai dengan 15 tahunan.
Self harm adalah sebuah tindakan menyakiti diri sendiri untuk menghilangkan rasa frustasi, stres, dan berbagai macam emosi. Setiap orang memiliki cara self harm yang berbeda-beda, seperti menarik rambut, mencubit, menggigit, menggaruk, memukul, menelan zat berbahaya, dan menyayat anggota tubuh (cutting). Tujuan awalnya bukan untuk bunuh diri, akan tetapi akan menimbulkan luka yang parah jika diteruskan.
Pelaku self harm paling sering adalah remaja dan dewasa muda, dengan faktor seperti berikut:
- Sulit mengekspresikan emosi dan perasaan.
- Tidak tahu ingin meluapkan rasa trauma, sakit, dan tekanan secara psikologis.
- Tidak memiliki solusi terhadap rasa kesepian, diabaikan, dan kebingungan yang mereka miliki.
Nah, fenomena ini telah menjalar ke anak anak siswa sekolah yang justru jauh dari lingkungan kota, sekitar berjarak 11 sampai 12 kilometer. Meresahkan karena kalau tidak dideteksi lebih awal, akan mengakibatkan cacat secara fisik atau psikologis.
Menurut WHO, seseorang yang sering menyakiti diri sendiri memiliki tanda-tanda yang bisa dilihat, baik dari fisik maupun psikologis seperti berikut:
- Terdapat luka sayatan di anggota tubuh tertentu, biasanya pada lengan.
- Bersikap menutup diri di sekitar lingkungan sosial.
- Kehilangan motivasi dan percaya diri, menjadi pertanda bahwa orang tersebut sedang tidak baik-baik saja.
Demikian mengkhawatirkannya maka segala daya dan upaya wajib dilakukan untuk melindungi buah hati tercinta.