Jumat, 24 Maret 2023

PANAS RAMADHAN

Sabtu tanggal 25 Maret adalah hari ketiga saya menjalankan ibadah puasa. Sejak pagi, matahari seperti tidak bersahabat karena pada lima menit sebelum pukul enam pagi saja, panasnya sudah menyayat. Semakin siang, raja siang itu tidak mengendorkan sinarnya sedikitpun. Terus tampil garang dengan sinar yang bisa membuat kulit hitam seperti arang. 
Aktivitas semakin tambah berat karena  di samping kerja aaya sebagai petani, cuacanya juga membuat segalanya semakin hebat. Saya menjalani dengan tabah sebab rutinitas ini telah lama saya lakukan. Masak harus dihentikan atau ditunda gara gara bulan puasa.
Seusai kerja di sawah peninggalan keluarga, saya melanjutkan dengan melaksanakan dinas di sekolah. Jarak yang dekat antara rumah dan sekolah tempat saya berdinas tetap terasa menyiksa karena faktor cuaca tadi. Panas ini harus dihadapi dengan tabah bukan malah dihindari. Saya jadi ingat kata guru ngaji saya bahwa dalam doa jangan minta kita terhindar dari malapetaka, tetapi mintalah pada Allah agar kita bisa dan mampu menghadapi malapetaka. Sebab malapetaka adalah kehendak Allah sama seperti panas pada ramadhan tahun ini. Dibandingkan dengan kuli panggul pelabuhan atau pekerja sawah, maka panas yang saya rasakan tentu menjadi tidak seberapa. Betapa panas dan lelah yang harus dirasakan para kuli panggul dan pekerja sawah sementara mereka ada yang kuat bertahan menjalankan ibadah puasa. Saya pernah membayangkan ada dalam posisi mereka. Saya ragu saya kuat dan tahan berpuasa dalam keadaan seperti itu. 
Maka bersyukurlah kita berada dalam posisi yang insyaallah lebih nyaman dari para kuli panggul pelabuhan dan pekerja sawah. Melalui puasa ini tentu kita diajarkan memahami betapa berat perjuangan hidup mereka. Melalui puasa ini ditumbuhkan kesadaran untuk selalu mau bersyukur dan berbagi rejeki yang kita dapat dengan orang orang yang tingkat ekonominya ada di bawah level kita. 
Semoga amanah

Kamis, 23 Maret 2023

TERASA SULIT

Sore hari di hari pertama ramadhan 1444 Hijriyah iseng saya baca sebuah artikel islami di laman CNN Indonesia. Mulanya terasa malas, tetapi semakin lama saya semakin tertarik. Temanya kurang lebih adalah perihal masalah maaf memaafkan. Dimulai dari bahasan tentang sifat Allah yang Maha Pemaaf, anjuran untuk mau dan berani meminta maaf kepada orang lain apabila kita berbuat salah serta imbauan agar kita jangan pelit membuka pintu maaf jika ada orang lain meminta maaf atas kesalahan yang diperbuatnya kepada kita. Dan semua itu dibungkus dengan nuansa bulan Ramadhan. 
Perihal Allah itu Maha Pemaaf itu tidak terbantahkan lagi. Allah akan memaafkan kesalahan atau dosa yang dilakukan oleh makhluknya apabila kemudian makhluk tersebut melakukan taubatan nasuuha. Selalu ada penekanan dalam kitab suci al Quran agar manusia selalu memohon ampunan atas segala dosa dosanya. Para ulama mengajarkan dalam bentuk kalimat istighfar yang gampang diingat dan diucapkan. Para ulama juga mengingatkan agar istighfar itu mesti diikuti dengan kemauan meninggalkan perbuatan dosa tersebut untuk selama-lamanya. Dan Al Quran menjamin Allah akan memberikan ampunan. 
Perihal meminta maaf dan memberi maaf tentu menjadi lebih sulit dibandingkan perihal yang pertama. Sebabnya adalah kedua perbuatan itu berhubungan dengan hati dan hati. Jika hatinya kasar, membatu ataupun sombong, InsyaAllah sulit melakukan kedua hal di atas. Tidak gampang meminta maaf atas kesalahan kita pada orang lain karena terkadang terhalang oleh rasa gengsi yang menjulang. Gengsi karena merasa lebih tua umurnya, lebih tinggi jabatannya, ataupun  lebih rimbun kebun, sawah dan kekayaan yang dimilikinya. Timbullah perasaan tidak pantas meminta maaf padahal jelas jelas ia telah melakukan kesalahan. Terasa berat juga memberi maaf kepada orang yang berbuat salah kepada kita. Okelah kalau nilai kesalahan yang diperbuatnya enteng enteng dan tidak membuat luka. Tetapi untuk sebuah kesalahan misalnya tuduhan akan perbuatan yang sebetulnya tidak kita lakukan, maka memberi maaf merupakan sesuatu yang maha berat. Apalagi jika kesalahan itu telah berhasil menumbuhkan rasa dendam. Maka memberi maaf menjadi sesuatu yang amat berat dilakukan. 
Bulan Ramadhan mengajarkan kita untuk meneladani sifat pemaaf yang dimiliki Allah. Mengajarkan kita untuk jantan mengakui kesalahan dan jangan meminta maaf atas kesalahan tersebut. Ramadhan juga mengajarkan agar kita membuka hati kita guna memberi maaf kepada orang lain yang secara jantan meminta maaf atas kesalahan yang diperbuatnya kepada kita. Semoga hal ringan tapi berat ini bisa kita pelajari dan implementasikan dalam kehidupan.