Jeda acara sambutan diisi dengan tampilan Tari Blentek. Tari yang dibawakan oleh 6 orang siswa putri itu berlangsung meriah. Saya tidak paham kemeriahan itu karena para penari araukah karena musik pengiringnya yang rancak. Dari rekomendasi Harian Kompas, saya mendapat referensi bahwa " Tari ronggeng blantek adalah salah satu tari kreasi. Tari ronggeng blantek berasal dari Betawi. Tari Ronggeng Blantik diciptakan oleh Wiwiek Widiastuti pada tahun 1978 ". Sayang bagian bagian Tari tersebut banyak dipotong karena durasi waktu yang tidak memungkinkan.
Keadaan makin memanas karena matahari juga tidak mau tinggal diam. Cahayanya yang cerah serta hawa panasnya membuat beberapa siswa kelas terakhir yang akan dilepas itu kepanasan. Yang cowok ada yang sudah tak tahan melepas jasnya sementara yang cewek seperti reflek mencari alat apa saja untuk membuat tubuh mereka tidak terlalu kepanasan.
Ah, acara di salah sekolah penggerak di kecamatan kami ini sebetulnya telah dirancang untuk anti panas. Panitia telah memilih tempat tedindang di halaman namun sekali lagi kuasa Allah itu tidak terbendung. Panas matahari masuk dari segala arah dan segala cara. Semua termasuk kami para undangan harus berjuang melawan rasa panas itu demi satu tujuan memuaskan tuan rumah.
72 orang siswa kelas terakhir yang hari ini memang berbahagia. Langkah mereka masih panjang karena kelas 9 masih belum apa apa. Masih ada langkah di jenjang menengah atas ataupun jenjang sarjana. Saat ini memang kompetensi seseorang tidak bisa diukur " hanya " dari satu sisi saja. Kognitif bukanlah satu satunya yang didewakan dalam pendidikan dan dunia pendidikan pun sekarang sudah jauh berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar