Jumat, 07 Juli 2023

Yang terbaik

Bisa saja kita rasan rasan kenapa yang kita terima amat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ambil contoh kita berharap kita tidak lolos dalam suatu tes eh.... malah lolos. Yang sebetulnya kita " support * agar bisa lolos, eh... malah yang memberi " support " yang malah lolos. Ambil contoh pula, kita ingin anak kita bisa lulus kuliah sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, malah molor sampai dua tahun kemudian. Artinya banyak yang sesungguhnya amat kita inginkan, tapi malah ditangguhkan oleh Tuhan. 
Kecewa ya pasti. Sesuatu yang meleset dari rencana pasti mengecewakan. Sesuatu yang " melintir " dari pikiran memang menyesakkan. Rasa kecewa sebetulnya sakit kalau terus dipikirkan apalagi sampai masuk perasaan. Anak sekarang mengatakan sampai baper. Betul lho, kecewa ini sering membuat segalanya menjadi tak bertenaga. Mau jalan loyo, mau jalan jalan apalagi tambah males. Makan saja ( andai saja tidak lapar) mungkin juga enggan dilakukan. Ini efek kecewa. 
Tapi kecewa pada Tuhan  ? Apa ndak salah, ndak bahaya ta.... 
Jelas salah dan bahaya la karena sesungguhnya Tuhan itu Maha Tahu. Tahu apa yang sudah terjadi, tahu yang sedang terjadi dan tahu apa yang akan terjadi. Jadi kemudian apa dasar kita untuk kecewa pada semua kejadian hidup yang nota bene adalah ketentuan ilahi. Ndak ada dasar kan  ? 
Maka berbaik sangkalah pada Tuhan. Karena menurut " dawuh " guru ngajiku saat masih kecil, Tuhan akan berbuat sesuai dengan sangkaan umatnya. Apalagi Tuhan sudah menjamin dalam Al Quran bahwa segala yang diciptakan dan dikehendaki olehNya adalah yang terbaik. Terbaik dan Terbaik. Jika jaminan sudah dibuat oleh penguasa semesta maka apa dasar kita kemudian memelihara rasa kecewa, apalagi sampai kecewa kepada Allah???? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar